Kamis, 06 Oktober 2022

Forever We Are Friends

Forever we are friends

Akhirnya sampai juga aku di kota ini, tak menyangka awal yang baru akan dimulai di hari ini hari dimana aku jauh dari orang tua dan keluarga, disini aku tidak mengenal siapapun kecuali teman di sebelahku, dia teman satu desa dengan ku, kami tumbuh bersama dari kecil hingga tamat SMA, dan perjuangan itu kami lanjutkan dikota yang masih asing bagi kami untuk merajut cita-cita dengan menjadi seorang mahasiswi.

“Mawar….Mawar” seru seorang kenek bus kota, Mawar adalah nama jalan dimana kampus yang  kami tuju didirikan, “iya bang…kiri” ucapku sambil berdiri dan berjalan menuju pintu keluar dari bus. Kami berjalan sambil menyeberangi jalan karena posisi kampus kami memang di seberang jalan dari posisi kami turun bus tadi.

“Arma …lihatlah kita sudah sampai di kampus yang kita tuju” sambil menatap gedung kampus dengan kagumnya. “iya Ami, disinilah kita akan memulai menuju masa depan gemilang” jawab arma sambil tersenyum dan akhirnya kami saling menatap lalu tertawa dengan penuh banyak pengharapan.

Kami Cuma mampir sebentar di kampus karena kami belum memulai kuliah, besok baru jadwal pengenalan kampus atau kami biasa menyebut dengan ospek. Waktu yang tersisa kami gunakan mencari tempat tinggal, ya kos-kosan untuk kami tinggal selama kami kuliah, maklumlah kami dari sebuah desa gak kenal siapapun disini, tetangga pun belum punya. Setelah  berkeliling akhirnya kami menemukan tempat tinggal untuk kami, sebuah rumah kos-kosan yang sederhana namun kayaknya nyaman untuk ditempati, “iya buk jadi kamarnya bisa langsung kami tempati   sekarang” ucapku pada ibu kosnya dengan rasa penuh harap. “iya nak ini kunci kamarnya” jawab ibu kos sambil memberikan kunci kamar kami masing-masing.

Mmmm hela nafasku sambil melihat sekeliling kamar, ternyata aku akan tinggal disini selama beberapa lama, semoga aku bisa berjuang demi cita-cita, tapi cita-cita ku ingin jadi apa yaaaa sambil senyum-senyum sendiri  dengan pemikiranku yang gak jelas. Setelah merapikan semua barang-barang yang kubawa, dan membersihkan diri lalu aku istirahat sebentar.

Tok..tok…suara pintu digedor dari luar “Ami….Ami… bangun kita harus berangkat ke kampus pagi ini” aku kaget dengar suara cemprengnya Arma yang begitu semangat seolah-olah memanggil dengan kekuatan penuh seakan kamarku terjadi gempa dengan 7.8 SR.  “iya Ma aku udah bangun” dengan suara yang lesu sambil beranjak mandi dan siap-siap berangkat ke kampus.

“hei …kalian ayo cepat kesini” dari ujung kampus nampak seseorang kakak senior memanggil kami dengan nada yang agak tinggi, “kenapa kalian terlambat” sambil menatap kami dengan tatapan yang menakutkan seperti seekor harimau yang lagi kelaparan, “maaf kak, kami tidak terlambat masih jam 07.00 kok kak” jawabku sambil memastikan bahwa kami tidak terlambat, karna jadwal masa pengenalan kampusnya dimulai jam 07:00 WIB. “iya kak” timpal Arma” sambil meyakinkan kakak senior agar percaya kalau kami tidak terlambat.

“Enak saja kalian bilang tidak terlambat, coba lihat jam ku ini sudah jam 07:30 kan” sambil menyodorkan jam yang ada di tangan kakak tersebut. Dalam pikiranku merasa sangat aneh, kenapa jam di tanganku jam 07:00 ya, jam ditangan Arma juga jam 07:00 kenapa jam ditangan kakak senior sudah lebih cepat 30 menit. Kami hanya saling bertatapan dengan penuh pertanyaan dikepala kami masing-masing. “sudah sekarang kalian berbaris di pojok sana”  ucap kakak senior sambil menunjuk ujung jalan diluar kampus.

“sekarang kalian jalan jongkok dari sini sampai ke halaman kampus” tidak hanya aku dan Arma yang dihukum tapi hampir semua mahasiswa baru disuruh jalan jongkok, kadang disuruh guling-guling di lumpur, banyak lagi yang kami lakukan dan asli seratus persen badan ku terasa remuk-remuk.  Nyampe di kos  setelah ber beres diri alias bersih-bersih, sholat dan tidur, tapi sebelum tidur aku setel alarm biar besok gak telat lagi datangnya agar gak terlalu banyak hukuman.

Jam 06.30 aku dan Arma sudah datang di halaman kampus dengan perasaan senang karena gak telat lagi datangnya, kali ini aku pasti dalam posisi aman ucapku dalam hati, selang beberapa menit berlalu datang dua orang kakak senior “hei dek siapa nama kalian?” sambil menatap ke arah kami, ” aku Ami kak” jawabku, “aku Arma kak” ucap Arma . Kenapa kalian datang pagi sekali” masih dengan nada yang tinggi, dalam  pikirku kenapalah kakak-kakak senior disini pada suka marah-marah, mungkin kebanyakan makan bawang kali hihihi sambil senyum-senyum kecil sendiri. Karena kalau di desa ku kalau ada orang suka marah-marah maka bunda bilang karena kebanyakan makan bawang. “hei kenapa kamu senyum-senyum apa ada yang lucu” suara kakak tersebut buat aku kaget dari lamunanku. “gak kak” jawabku spontan. “sekarang karena kalian datang terlalu cepat silahkan berdiri dibawah air pancuran atap itu” kebetulan suasana di kampus lagi hujan, maka kami disuruh mandi lagi di kampus dengan air hujan, “tapi kami kan tidak terlambat kenapa kami dihukum kak?” jawabku sebagai tanda tidak terima dengan perlakuan kakak senior. “udah jangan ngeyel, disini ada dua pasal apa kamu tahu, pasal 1 senior selalu benar, pasal 2 jika senior salah kembali ke pasal 1, paham!”

Aku merasa kedinginan karena pagi-pagi sudah disuruh mandi hujan, sambil melihat senior-senior yang lewat tanpa sengaja ada seseorang yang memperhatikan kami dari jauh, aku menatap  balik dan sosok itu adalah seorang pria yang seolah-olah aku pernah mengenalnya dan dia juga mengenalku, “Astaga iya” ucapku keras sambil mengagetkan Arma yang juga kedinginan berdiri disampingku. “Kenapa kamu Ami, are you ok” ucap Arma dengan wajah sedikit kebingungan. “lihat deh Ma itukan bang Fauzan, guru  les kita” sewaktu kami di SMA kami sudah mengikuti les komputer. “iya Ami kamu benar, yuk kita kesana” sambil lari-lari kecil menuju bang fauzan. “bang Fauzan, ternyata abang juga kuliah disini, senang kami bisa ketemu abang disini!” ucapku dengan nada begitu senang. Seperti seorang anak kecil ketemu ibunya. “dengar ya untuk  sementara anggap kita gak kenal” ucapnya sambil berlalu. “sombong sekali dia” ucap Arma, namun aku tak tau mau komen apa-apa karena seluruh sarafku kejut mendengar ucapannya.

Arma menarik tangan ku “yuk lah Ami kita berbaris lagi, semua orang telah berkumpul” aku hanya ngikut kemana Arma membawaku. Hingga akhirnya acara ospek berakhir dan ditutup. “Alhamdulillah akhirnya penderitaan ku berakhir” sambil senyum-senyum menatap Arma. Tapi aku juga merasa senang banyak hal-hal yang kocak yang kami lakukan sesama mahasiswa baru. Aku dan Arma mendapatkan banyak teman yang berasal dari berbagai daerah juga. Sampai di kos kami istirahat sambil cerita-cerita, ada yang terlintas di pikiranku jadi aku senyum-senyum sendiri. “Au sakit tau” sebuah bola kecil mendarat di bahuku, ternyata itu diluncurkan dari tangan Arma. “kenapa kamu senyum-senyum sendiri, kamu lagi gak waras ya” terdengar suara Arma menembus masuk ke telingaku. “Arma kamu inget gak, pas waktu kita baru nyampe di kampus, kita kan tebak-tebakan tentang singkatan MAPALA itu apa, aku jadi pengen ketawa aja kalau mengingatnya” tanpa aba-aba suara tawa kami pecah seperti ombak dilautan, kami cekikikan berdua.”iya ya Ami, kemarin kita bilang MAPALA adalah mahasiswa paling lama eh ternyata Mahasiswa Pecinta Alam” hahahaha kami tertawa lagi. “Arma aku kangen sama bundaku di desa” dengan wajah penuh kerinduan aku menatap langit-langit kamar. “Aku juga kangen sama mamaku, tapi aku malu mau bilang pulang, yang penting kita harus semangat kuliahnya biar nanti bisa jadi kebanggan orang tua kita” dengan semangat empat lima Arma meyakinkan ku dengan perjuangan kami.

“Assalamualaikum”  terdengar suara seseorang yang penuh wibawa mengucapkan salam, seraya masuk ke dalam kelas lalu berdiri di depan kelas. “wa'alaikumussalam pak” tanpa aba-aba tapi serentak kami menjawab salam bapak tadi. “selamat pagi semua,  perkenalkan nama saya Muhammad Yunus, M. Kom, disini akan mengajarkan pemrograman dasar” ucapan perkenalan dari bapak Yunus, aku memperhatikan setiap gerak gerik dosen yang bernama bapak Yunus itu, kemana dia berjalan mataku selalu mengikutinya. “oh ternyata yang dosen itu gayanya seperti ini ya, aku baru tau” lirihku dalam hati. Baru aku paham kalau kuliah itu berbeda dengan dunia SMA, yang mana dulu kalau belajar di SMA diceramahi dulu, gurunya marah-marah, dan dijelaskan dari A sampai Z, tapi kalau didunia kuliah kita diberi materi, disuruh memahami, diskusi dan projek, “wah enak juga ya jadi dosen”  hayal ku sambil mendengarkan dosen menerangkan. Beberapa lama pak Yunus menyampaikan materi akhirnya jam pembelajaran berakhir, tinggal kami mengerjakan tugas yang harus dicari di perpustakaan.

“wah luasnya perpustakaan ini beda dengan sekolah kita di kampung ya Arma” gumamku sambil memperhatikan setiap sudut isi perpustakaan, perpustakaan yang rapi, bersih dan teratur asli aku mengaguminya, rasanya ingin ku berlama-lama dalam perpustakaan ini. setiap mahasiswa yang datang silih berganti, ada yang membaca buku sambil duduk ditempat yang disediakan dan ada juga yang meminjam buku dengan petugas perpustakaan. “iya Ami” jawabnya namun matanya hanya tertuju pada satu orang, sosok lelaki yang sedang asik mencari sebuah buku. “hei…apanya yang iya?” tanya ku sambil menyenggol bahu Arma. “Handsome Boy Ami” bibirnya berbicara tapi matanya tetap tertuju kepada seseorang yang tak dikenal tapi sudah memikat hati Arma, “wus….kita kesini cari buku bukan cari cowok” sambil menarik tangan Arma ku bawa berkeliling mencari buku untuk mengerjakan tugas. “kita duduk disana yuk Arma” sambil menunjuk tempat duduk yang kosong di ujung perpustakaan. lagi asyiknya membaca buku sambil mengerjakan tugas datang sosok laki- laki mendekati kami dan membuka pembicaraan, “permisi…maaf boleh gabung duduk disini” aku menoleh ke wajah lelaki itu dan kaget ternyata lelaki yang dipandang Arma tadi, lelaki yang dibilang handsome sama Arma ternyata sudah berada disini. Belum sempat ku berucap Arma sudah mempersilahkan dia duduk dan mereka berkenalan, wajah Arma terlihat begitu senang menampilkan aura-aura kasih hehehe seperti nama artis saja, bagaikan berada di taman bunga yang mana bunganya berterbangan memenuhi seluruh ruang perpustakaan. 

“Kenalkan aku Boy” ujarnya sambil menyodorkan tangannya ke hadapan ku, aku kaget dan dengan santai menjawab aku Ami. seperti gayaku memang cuek, kadang kalau sama orang-orang baru aku gak begitu bersahabat. sikapku memang sedikit dingin tapi kalau sudah akrab jangan ditanya lagi nempel terus kayak perangko, tu contohnya Arma gak mau lepas dari ku. selesai mengerjakan tugas aku tutup buku, dan kulihat Arma lagi asyiknya berbincang dengan kenalan barunya  yang bernama Boy, aku berdiri dan pamit “Arma aku duluan ya ke kantin, aku laper” ujarku sambil berlalu, “tunggu bentar Ami” jawab Arma” aku menoleh kebelakang “ntar kalau sudah siap aku tunggu di kantin ya”. 

“Amiiiii…” teriaknya sambil merangkul tangan ku “wiss apaan sih, malu tau bikin heboh dikantin” “biarin, yang penting aku happy” timpalnya dengan perasaan tak bersalah. selesai kami makan kami beranjak pulang ke kos, kos tercinta dimana disana hanya ada aku, Arma, ibu kos tanpa ada bunda dan sodaraku, rasanya hidupku sepi.

sudah beberapa bulan perkuliahan ku berjalan, aku memiliki banyak teman, Arma pun juga sering pergi dengan temannya, gak tau kenapa akhir-akhir ini Arma seakan menjauh dari ku, seolah-olah ia menghindariku, walaupun kami satu kos namun saat dia pulang ke kost dia langsung masuk kamar dan gak keluar lagi. alasannya capek, ngantuk dan banyak lagi lah. aku gak pernah merasa kalau aku pernah menyakitinya. aku duduk sendirian dibawah pohon di taman kampus, sambil membaca buku dan membuka laptopku, aku mengerjakan proyek-proyek yang diberikan pak Yunus, biasanya aku mengerjakannya dengan Arma, selalu tertawa dan kini aku gak tau dia lagi dimana sekarang. aku merasa sangat rindu dengan kebersamaan kami, ku buka folder bestie, ya itulah nama folder yang kami sepakati untuk menyimpan semua kenangan kami dari SMA dulu, dan sampai sekarang masih sama hanya isi foldernya yang kami update dengan kenangan terbaru kami, kulihat foto-foto kami aku tersenyum sendiri. “Arma kamu dimana sih, kamu kenapa, ada apa, kenapa gak cerita pada ku kalau ada masalah, please jangan menghindar dari ku” lirihku dalam hati. Lamunanku buyar ketika terdengar suara seorang laki-laki dari sampingku, aku kaget dan langsung menoleh ke sumber suara, ternyata Boy.  “Boleh aku duduk disini Ami” “ya silahkan” jawabku. “Kamu lagi apa?” jawabnya sok akrab, walaupun kami pernah berbincang bersama beberapa kali, dan ikut nimbrung ketawa saat dia tertawa bersama Arma, Arma sering mengajakku kalau dia ada janjian dengan Boy, tapi aku cuma menemani sambil baca buku, atau buka laptop disamping mereka, terkadang iya aku ikut nimbrung dengan percakapan mereka, dan ikut tertawa kalau ada hal  yang kocak. “gak ada Boy, aku lagi ngerjain tugas, kamu lagi apa? udah siap kuliahnya?” aku balik tanya. seolah aku gak ingin Boy tau kalau aku dan Arma lagi ada masalah.  “Ami aku ingin bicara serius boleh” sambil dia menatapku dengan wajah aneh, kayak ada sesuatu yang besar, aku menoleh memperhatikan wajah Boy yang agak beda dari biasanya. “kamu mau bicara serius apa dengan aku” dengan perasaan bertanya-tanya dalam hati. aku coba menerka-nerka apa dia lagi ada masalah dengan Arma, ya Arma? ada apa dengan dia, harusnya Arma bersama dengan Boy sekarang. “Ami sejak awal kita ketemu aku merasa kamu wanita yang berbeda dari yang lain, kamu membuat aku tak bisa tidur, aku tidak tahu setiap bertemu denganmu detak jantungku tak menentu, lidahku kelu aku tak mampu berucap apa-apa, aku hanya mampu memandang wajahmu yang cantik dan senyummu yang manis”. aku masih tak mengerti dengan apa yang diutarakan Boy padaku, aku tak ingin salah paham dengan apa yang dia ucapkan.”apa maksudnya Boy?” dengan penuh harap sebuah penjelasan yang sejelas-jelasnya. “Ami aku mencintaimu, bahkan aku sangat menyayangimu”, dengan wajah sok manis walaupun dia memang cowok yang manis dan kata-kata pujangga nya yang tak berarti bagiku, aku tak bahagia mendengarkannya, tapi aku marah sangat marah, aku menahan amarah hanya dengan diam.”Ami kumohon kamu terima cintaku ya” kali ini aku tak bisa menahan amarahku lagi, meski Boy adalah cowok yang keren, dari keluarga kaya dan dipuja banyak wanita, tapi bagiku dia bukan siapa-siapa, tadinya aku memang mengaguminya, aku merasa dia yang baik, begitu beruntungnya cewek yang memilikinya adalah cewek yang sangat beruntung. “Lalu mana Arma”  jawabku, dengan menahan sesak di dada, kenapa tidak,  Arma adalah sahabat terbaikku, dia selalu mengerti aku, kami tumbuh bersama, aku merasakan ketulusan dalam persahabatan kami. “aku tidak tau dimana Arma, sejak aku menolaknya dan bilang kalau aku mencintaimu dia menjauh dari ku” dengan perasaan yang tak bersalah sedikitpun dia menjawab seperti itu, “enteng bagimu berucap seperti itu, Arma adalah sahabat ku, kamu menyakitinya sama dengan kamu beribu kali menyakiti hatiku” tubuhku terasa terbakar seolah-olah habis disengat listrik 8000 watt, terasa habis disambar petir hanya bangkai yang gosong tinggal. 

aku menutup laptop dan beranjak mau pergi tiba-tiba dia pegang tangan ku, dengan reflek aku membuang tangan Boy dan berbicara dengan nada tegas “dengar ya Boy aku tidak pernah memiliki perasaan apa-apa padamu, dan asal kamu tau kamu telah membuat Arma membenci ku, itu karena kebodohan yang kamu miliki, kamu menyia-nyiakan sahabat terbaikku. kamu mempermainkan perasaan sahabat ku, jika dari awal kamu gak mencintainya kenapa kamu beri dia harapan.” sambil berlalu pergi, “Ami…” teriak Boy, langkahku terhenti dan menoleh kebelakang untuk melihat wajah lelaki yang telah menyakiti sahabatku “kamu pengecut”, dengan penuh kesal.

Aku duduk didepan kos, sengaja aku pulang dari kampus cepat agar aku bisa menemui Arma, sahabat ku lagi terpuruk, aku tau perasaannya seperti apa saat ini, dia sangat berharap dengan seorang laki-laki yang ia kagumi, kini mimpinya hancur, dan aku yg menghancurkannya, harusnya aku sebagai sahabat bisa jadi tempat berbagi, namun bagai mana mungkin dengan masalah seperti ini dia akan bercerita dengan ku. Tak lama aku menunggu Arma akhirnya dia datang juga dengan wajah sendu dia melemparkan senyuman yang dingin padaku, bisa jadi mengalahkan dinginnya kutub. "Arma aku ingin bicara" sambil berjalan mengikuti Arma masuk kekamarnya, diapun membiarkan aku mengikutinya masuk kamar,  aku memegang tangannya dan menatap kedua matanya, kami duduk ditepi tempat tidur. "Kamu kenapa berubah pada ku" kata-kata itu terlontar dari mulutku karna aku tak ingin lagi jauh dari sahabatku. "Aku tidak berubah, aku baik-baik saja" dengan wajah lesu dan hambar arma menjawab pertanyaan ku. Tanpa menunggu lama aku lansung berujar "Boy, semua karna Boy kan" nada suaraku begitu lirih, aku sudah gak kuat melihat sahabatku yang dulu begitu ceria sekarang bagaikan bunga yang layu. "Dengar aku baik-baik, kita sahabatan sudah sejak kecil, jangan hancurkan semua hanya karna seorang laki-laki pecundang, aku tidak punya perasaan apa-apa sama dia, kamu percaya sama aku, bagiku semua itu tidak penting selain dari persahabatan kita" aku menatap mata Arma yang berlinangan air mata, aku beri senyum termanis yang pernah aku miliki, sambil memeluk Arma. "Ami aku minta maaf, aku benar-benar menyesal, kamu mau kan memaafkan aku" aku menghapus butiran bening yang mengalir dipipi Arma sambil tersenyum " pastilah Arma kitakan bestie" kami pun tersenyum. Ingatkan kita jauh-jauh kesini demi cita-cita. Dan kamipun berdekapan, lega rasanya…

TAMAT





Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts