Sabtu, 11 Februari 2023

KAIDAH PANTUN

NARA SUMBER : MIFTAHUL HADI, S.Pd

MODERATOR : DAIL MA’RUF, M.Pd

HARI / TANGGAL : SENIN / 6 FEBRUARI 2023



Hari ini memasuki pertemuan ke 13 kelas belajar menulis KBMN G-28. Materi yang akan dibahas adalah masalah pantun. Lebih tepatnya Kaidah Pantun. Materi ini akan disampaikan oleh bpk Miftahul Hadi, S.Pd dengan moderator pak Dail Ma’ruf, M.Pd


BIODATA NARASUMBER

 Nama  : Miftahul Hadi

Instansi: SD Negeri Raji 1 Demak

No HP : 085641173853

Surel : miftahulhadi280387@gmail.com  

Blog : https://masmifgurukampung.blogspot.com/ 


PANTUN TRADISI ASLI INDONESIA

Indonesia memiliki kekayaan seni verbal yang sangat beraneka ragam, salah satunya adalah pantun. Beberapa pertunjukan pantun bersifat narasi, misalnya Kentrung di Jawa Tengah dan Jawa Timur menggunakan struktur "pantun" untuk menceritakan kisah-kisah sejarah keagamaan atau sejarah lokal dengan iringan genderang. Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatra Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler. Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020).

 

PENGERTIAN PANTUN

Pantun berasal dari bahasa Minangkabau, disebut patuntun yang berarti penuntun yang awalnya merupakan satu di antara bentuk dari sastra lain. Pantun biasanya dijumpai dalam bentuk tertulis. Namun seiring berjalannya waktu, pantun sudah berkembang menjadi media penuturan pesan menggunakan permainan kata-kata.

Sementara itu dalam pembuatan tidak bebas, saat menyusun pantun terikat pada aturan-aturan tertentu. Maka dari itu penting untuk memahami pantun secara mendalam, mulai dari ciri-ciri pantun, jenis hingga contohnya. Seorang sastrawan yang hidup sezaman dengan Raja Haji Ali, dialah Haji Ibrahim Datuk Kaya Muda Riau pertama kali membukukan sastra lisan.

Pantun memiliki ciri unik yaitu tidak menyertakan nama penggubahnya atau anonim. Ini karena penyebaran pantun dilakukan dari mulut ke mulut. Pantun juga merupakan puisi lama dan sudah menjadi legenda di Indonesia. Hampir semua daerah di Indonesia memiliki pantun, meskipun tak secara keseluruhan semua daerah sama alias berbeda-beda.

Pantun dalam bahasa Jawa disebut Parikan, sementara dalam bahasa Jawa Kuno disebut dengan Tuntun yang berarti benang atau Atuntun yang artinya teratur dan Matuntun yang berarti memimpin. Sementara itu di daerah Sunda disebut dengan Paparikan, untuk suku Batak disebut sebagai Umpasa dan dalam bahasa Pampangan dikenal dengan Tuntun.



CIRI-CIRI PANTUN

Satu bait terdiri atas empat baris Satu baris terdiri atas empat sampai lima kata Satu baris terdiri atas delapan sampai dua belas suku kata Bersajak a-b-a-b Baris pertama dan kedua disebut sampiran atau pembayang Baris ketiga dan keempat disebut isi atau maksud


KEGUNAAN PANTUN

Kegunaan pantun itu ternyata banyak sekali. Selain untuk komunikasi sehari-hari pada zaman dahulu. Pantun bisa juga digunakan untuk mengawali sambutan pidato. Bisa juga untuk lirik lagu, perkenalan, ataupun dakwah bisa juga disisipi pantun.


FUNGSI PANTUN SEBAGAI PEMELIHARA BAHASA

Sebagai alat pemelihara bahasa, pantun berperan sebagai penjaga fungsi kata dan kemampuan menjaga alur berfikir. Pantun melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Secara sosial pantun memiliki fungsi pergaulan yang kuat. Pantun menunjukkan kecepatan seseorang dalam berfikir dan bermain-main dengan kata. Namun demikian, secara umum peran sosial pantun adalah sebagai alat penguat penyampaian pesan.


Nah, karena di Indonesia banyak ragamnya. Pantun diakui oleh UNESCO sebagai Warisan Budaya Tak benda  pada sesi ke-15 Intergovernmental Committee for the Safeguarding of the Intangible Cultural Heritage di Kantor Pusat UNESCO di Paris, Prancis (17/12/2020)

Pada hakikatnya, sebagian besar kesusastraan tradisional Indonesia membentuk pondasi dasar pertunjukan genre campuran yang kompleks, seperti "randai" dari Minangkabau wilayah Sumatera Barat, yang mencampur antara seni musik, seni tarian, seni drama, dan seni bela diri dalam perpaduan seremonial yang spektakuler.


Dari berbagai macam pantun dari tiap daerah, berikut terdapat definisi pantun.

Pantun menurut Renward Branstetter (Suseno, 2006; Setyadiharja, 2018; Setyadiharja, 2020) berasal dari kata “Pan” yang merujuk pada sifat sopan. Dan kata “Tun” yang merujuk pada sifat santun. Kata “Tun” dapat diartikan juga sebagai pepatah dan peribahasa (Hussain, 2019)

Pantun berasal dari akar kata “TUN” yang bermakna “baris” atau “deret”. Asal kata Pantun dalam masyarakat Melayu-Minangkabau diartikan sebagai “Panutun”, oleh masyarakat Riau disebut dengan “Tunjuk Ajar” yang berkaitan dengan etika (Mu’jizah, 2019)

Nah, kadang saya membaca dan mendengar pantun yang diawali kata jalan-jalan, apa nggak capek?... bisa diganti dengan ngopi-ngopi atau ngeteh-ngeteh gitu. 

Selain itu Pantun juga melatih seseorang berfikir tentang makna kata sebelum berujar. Mari bapak ibu, kita kupas satu persatu tentang pantun.

1 bait pantun terdiri atas empat baris (Wajib ini). Lalu, satu baris itu idealnya terdiri atas empat sampai lima kata.  Kenudian satu baris itu idealnya terdiri atas empat sampai lima kata. Susunan kata yang berakhiran a-b-a-b, dan tidak boleh melebihi dua belas suku kata. Tiap baris terdiri dari Delapan sampai dua belas suku kata.

Baris pertama dan kedua disebut sampiran, Baris ketiga dan keempat disebut isi. Contoh persajakan adalah susunan kata yang berakhiran a-b-a-b. Pantun yang baik, memiliki sajak a-b-a-b. Apakah boleh pantun menggunakan sajak a-a-a-a?. Boleh saja, namun akan mengurangi keindahan pantun itu sendiri.

Pak Damar bertanya, “Mas, kadang saya pernah membaca pantun hanya dua baris, disebut apa itu??”. Narasumber menjawab, “Pantun dua baris disebut juga karmina atau pantun kilat”. Contohnya: “Sudah gaharu cendana pula, sudah tahu berntanya pula”.

Cara menentukan persajakan, bisa kita lihat Rima (bunyi akhir) tiap baris. Sudah tahu karmina?. Lalu, apa bedanya pantun, syair, gurindam dengan karmina??. Ciri-ciri Pantun sudah kami jelaskan di atas. Syair, hampir sama seperti pantun. Terdiri atas empat baris. Memiliki sajak a-a-a-a. Baris satu sampai empat memiliki hubungan/saling berkaitan.

Di bawah ini adalah contoh syair, seperti puisi:

Inilah kisah bermula kawan

Tentang negeri elok rupawan

Menjadi rebutan haparan jajahan

Hidup mati pahlawan memperjuangkan

 

Engkau telah mafhum kawan

Penggenggam bambu runcing ditangan

Pemeluk tetes darah penghabisan

Syahdan, Tuhan karuniai kemerdekaan.

Nah, kalau gurindam hanya terdiri atas dua baris. Memiliki sajak a-a. Baris pertama dan kedua saling berhubungan. Contoh gurindam :

Jika rajin salat sedekah,

Allah akan tambahkan berkah.

 

Karmina, terdiri atas dua baris. Baris pertama dan kedua tidak ada hubungannya. Contohnya:

Sudah gaharu cendana pula

Sudah tahu bertanya pula

Demikian sekilas perbedaan pantun, syair, gurindam dan karmila. Jika membuat pantun, susunlah baris ketiga dan keempat terlebih dahulu. Ini rahasia dapur ya. Saya bocorkan di sini ya. Baru yang terakhir, susun baris pertama dan kedua.

Itu beberapa trik mudah membuat pantun

Lalu terkait persajakan dan Rima dalam pantun. Ada beberapa persajakan. Rima akhir

Pohon nangka dililit benalu,

Benalu runtuhkan batu bata,

Mari kita waspada selalu,

Virus corona di sekitar kita

Bena lu

Ba ta

Sela lu

Ki ta

Ini yang disebut Rima akhir.

Hanya akhir baris yang sama bunyinya.

Ini tingkatan pantun yang paling mudah.

Kemudian yang kedua

Rima tengah dan akhir

Susun sejajar bungalah bakung,

Terbang menepi si burung elang,

Merdeka belajar marilah dukung,

Wujud mimpi Indonesia cemerlang.

Rima tengah dan akhir.

 

Lihat kata kedua dan kata terakhir.

Baris pertama dan ketiga

 

Seja jar dan ba kung

Bela jar dan Du kung

Baris kedua dan keempat

 

Mene Pi dan e Lang

Mim Pi dan cemer lang

Ini tingkatan yang mudah, jika dilatih terus menerus. Rima awal, tengah dan akhir

Jangan dipetik si daun sirih,

Jika tidak dengan gagangnya,

Jangan diusik orang berkasih,

Jika tidak dengan sayangnya.

 

Ini persajakan yang ketiga

 

Rima awal, tengah dan akhir.

Baris pertama dan ketiga

 

Ja ngan dipe tik si daun sirih,

Ja ngan diu Sik orang berka sih,


 

Ji ka ti dak dengan gagang nya,

Ju ka ti dak dengan sayang nya.

Ini tingkatan yang agak sulit 😁

Rima lengkap

Bagai patah tak tumbuh lagi,

Rebah sudah selasih di taman,

Bagai sudah tak suluh lagi,

Patah sudah kasih idaman.

 







Tidak ada komentar:

Posting Komentar

Popular Posts